Jumat, 23 Desember 2011

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

   
Berikut adalah beberapa contoh atau bukti-bukti kesalahan dalam belajar bahasa Inonesia, yaitu sebagai berikut: 

a. Kekurangan Kognitif

    Contoh kesalahan belajar bahasa pada aspek kognitif dalam hal kesulitan mem bentuk kosep dalam mengembangkan ke dalam unit-unit semantik, yaitu ketika anak belum mampu membedakan penggunaan kata “pertandingan” dan “perlombaan” pada saat mengutarakan sesutu. Pada saat kondisi tertentu misalnya ketika melihat perlombaan baca dan tulis puisi di sekolah, perlombaan cerdas cermat di televisi, maka anak biasa menggunakan kata pertandingan. Begitupun ketika anak menyaksikan pertandingan bola kaki, maka seorang anak cenderung menggunakan istilah perlombaan. Penggunaan kedua kata tersebut sering dipertukarkan oleh penuutur bahasa dalam masyarakat. Padahal konsep dan penggunaan kedua kata tersebut sangat berbeda, dimana istilah “pertandingan” pemakaiannya cenderung digunakan pada hal yang menyangkut kemampuan fisik, namun bukan berarti daya pemikiran dikesampingkan. Begitupun sebaliknya pada istilah “perlombaan”, sebenarnya penggunaanya lebih cenderung melihat pada daya pemikiran, dan bukan berarti kemampuan fisik juga dikesampingkan. Kesalahan seperti ini biasa disebabkan karena kurangnya pemahaman kosep tentang kedua kata tersebut.

b. Kekurangan Memori
   
    Bukti kesalahan belajar bahasa dalam aspek kekurangan memori, yakni pada saat anak menyimak tentang sesuatu hal, ia lambat dalam menanggapinya. Selain itu, ketika anak memperoleh suatu informasi ia mudah melupakan tentang sesuatu yang telah didengar atau dilihatnya. Kesalahan belajar bahasa  tersebut merupakan masalah yang biasa terjadi ataupun ditemukan pada anak.


c. Kekurangan Kemampuan Menilai

    Bukti kesalahan belajar bahasa dalam aspek kekurangan kemampuan menilai. Kesalahna seperti ini biasa terjadi pada orang baik yang belum faham  tentang suatu konsep bahasa, maupun orang yang  telah faham tentang suatu konsep bahasa. Contohnya pada kata “mengapa” dan “kenapa”, dimana kata mengapa merupakan kata yang baku dan kata kenapa tidak baku. Kesalahan berbahasa tersebut biasa terjadi pada orang yang tidak memahi kedua kata itu maupun yang sudah faham tetapi ketika berbicar ia cenderung menggunakan kata kenapa. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor kebiasaan dalam menggunakan kata kenapa dalam berkomunikasi sehari-hari. Bukti nyata tersebut merupakan sesutu hal yang membutuhkan penilaian kritis terhadap informasi yang memerlukan perbandingan antara informasi baru dan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.

d. Kekurangan Kemampuan Memproduksi Bahasa

    Bukti kesalahan belajar bahasa dalam aspek kekurangan kemampuan  memproduksi bahasa, yaitu dapat dilihat pada anak yang kurang memproduksi bahasa seperti membiasakan diri memproduksi bahasa dalam bentuk lisan (mengungkapkan  berbagai pendapat) dan tulisan (menulis cerita, menulis puisi, menulis buku harian, menulis karya tulis ilmiah dan sebagainya) dengan anak yang tidak biasa  membiasakan diri memproduksi bahasa dalam bentuk lisan dan tulisan, akan memiliki kemampuan yang berbeda. Anak yang kurang tidak membiasakan diri memproduksi bahasa dapat disebabkan oleh adanya timbul kurangnya keinginan untuk bertindak, malu dalam mengemukakan pendapatnya di hadapan orang lain atau orang banyak, kuranya keberanian untuk bertindak, serta kurangnya wawasan tentang sesuatu hal.



e. Kekurangan Kemampuan Pragmatik

    Bukti kesalahan belajar bahasa dalam aspek kekurangan pragmatik, yaitu ketika anak menerima pertanyaan atau tanggapan dari temannya, dia lebih memilih diam dibanding memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diterimanya. Disamping itu, ketika anak mengajukan suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan, ia kurang mampu mengutarakan pendapatnya dengan baik atau mengatur cara berdialog dengan orang lain.