Senin, 05 Desember 2011

Tradisi Kalosara dalam Masyarakat Tolaki


Tulisan yang membahas tentang budaya suku bangsa  seperti ini memang perlu dihadirkan, apa lagi di zaman seperti ini kita tidak bisa memungkiri bahwa kurangan pengetahuan atau pemahaman para generasi muda terhadap budayanya sendiri, maka tidak mengherankan jika dalam masyarakat indonesia pada saat ini dapat dikatakan bahwa kemajemukan adalah suatu tantangan yang besar. perbedaan suku, ras, golongan dan agama sering menjadi pemicu pertikaian, walaupun hal itu pada hakekatnya bukanlah inti dari sumber pertikaian yang terjadi. namun karena kurangnya wawasan terhadap apa yang menjadi keyakinan agama lain, membuat setiap agama hidup dalam kefanatikan yang berujung malapetaka bagi dirinya secara khusus dan bagi bangsa dan negara secara umum. untuk menepis terjadinya hal-hal yang kurang bermoral tersebut, sangat diperlukan adanya rekonsiliasi agar timbul saling pengertian dari kehidupan yang penuh toleransi antara satu golongan dengan golongan yang lain.
 Dalam tulisan ini akan membahas salah satu kebudayaan suatu suku yaitu suku tolaki yang merupakan  salah satu suku diantara suku lain yang mendiami daratan sulawesi tenggara. tulisan ini akan memahamkan kita sebagai pembacanya tentang seberapa jauh peranan kalo dalam kebudayaan suku tolaki sehingga dapat dijadikan sebagai simbol tertinggi dan dianggap sebagai pusat yang mengaitkan menjadi satu diantara berbagai unsur  kehidupan masyarakat suku tolaki.

Pengertian Kalo
Secara harfiah kalosara atau yang biasa disebut  kalo adalah suatu benda yang berbentuk lingkaran, cara-cara mengikat yang melingkar, dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan bersama dimana pelaku membentuk lingkaran. selain itu, kalosara merupakan lambang pemersatu dan perdamaian yang sangat sacral dan tetap dipandang keramat oleh suku tolaki yan selalu tampil dalam berbagai bentuk upacara ritual atau upacara adat dalam kehidupan suku tolaki.
Penghargaan kalo sebagai simbol tertinggi  yang sudah lama dijunjung oleh masyarakat suku tolaki telah menjadi sesuatu benda yang keramat dan  perlu dijaga serta dilestarikan. hal ini karena adanya keterkaitan erat antara kalo dan system yang mengatur kehidupan suku tolaki, yaitu mencakup seluruh perwujudan adat istiadat, mulai dari system kehidupan social hingga ekonomi yang bercorak tradisional, system budaya yang mencakup bahasa, seni, keagamaan, hingga sampai pada system pengkonsepsian untuk memandang manusia dalam kaitan eratnya dengan alam semesta.
Secara fisik, kalosara ini diwujudkan dengan seutas rotan berbentuk lingkaran yang kedua ujungnya disimpul lalu diletakkan di atas selembar anyaman kain berbentuk bujur sangkar. tradisi yang tetap lestari hingga saat ini, biasa digelar dalam berbagai acara, seperti halnya acara perkawinan atau penyelesaian suatu pertikaian atau perselisihan dalam kehidupan masyarakat suku tolaki yang saat ini sebagian besar tersebar di wilayah kabupaten konawe, kabupaten konawe selatan, kabupaten konawe utara, kota kendari dan masyarakat suku tolaki yang kini sudah tersebar di  wilayah lainnya.

Jenis-Jenis Kalo
Berdasarkan bahan pembuatan dan tempat penggunaannya, kalo dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1.    kalo yang terbuat dari rotan,  dalam jenis ini ada yang disebut dengan

·        kalo sara, yaitu  kalo yang digunakan sebagai alat upacara perkawinan adat, upacara pelantikan raja di zaman kerajaan, upacara penyambutan adat bagi para pejabat pemerintah yang berkunjung ke daerah tau ke desa-desa, upacara perdamaian atas suatu sengketa, alat bagi sejumlah tokoh adat untuk menyampaiakan sesuatu hal penting kepada raja, alat untuk menyampaikan undangan pesta keluarga. penggunaan kalo sara jenis ini dilengkapi dengan wadah anyaman dari tangkai daun palam dan kain putih sebagai alas dari wadah tersebut.
·        kalo tusa i tonga, yaitu kalo yang dipakai sebagai pengikat tiang tengah rumah.
·        kalo holunga, yaitu kalo yang dipakai untuk mengikat hulu parang, senjata, dan alat-alat produksi lainnya.
·        kalo o wongge, yaitu kalo sebagai pengikat aneka ragam wadah.
·        kalo ohotai, o taho, kalo ohopi, yaitu macam-macam kalo yang digunakan untuk menangkap ayam hutan, dan aneka ragam burung.
·        kalo o oho, yaitu kalo yang digunakan untuk menangkap kerbau liar, kuda dan anuang.
·        kalo selekeri, yaitu kalo yang digunakan sebagai cincin hidung kerbau.

2.    kalo yang terbuat dari emas,
·        kalo eno-eno, yaitu kalo yang digunakan sebagai alat upacara sesaji, alat tebusan sebagai pelanggaran janji untuk melangsungkan upacara peminangan gadis dalam rangkaian perkawinan, sebagai salah satu dari mas kawin, dan dipakai sebagai kalungperhiasan bagi wanita.

3.    kalo yang terbuat dari besi,
·        kalo kalelawu, yitu kalo yang digunakan sebagai cincin hidung kerbau, seperti halnya dengan kalo selekeri.

4.    kalo yang terbuat dari perak
·        kalo sambiala, kalo bolosu, dan kalo o langge, yaitu kalo yang masing-masing dipakai untuk perhiasan dada, perhisan pergelangantangan, perhiasan pergelangan kaki, baik bagi anak-anak maupun gadis remaja.

5.    kalo yang terbuat dari benang,
·        kalo kale-kale, yaitu kalo yang dipakai sebagai pengikat pergelangan tangan dan kaki bayi.
·        kalo ula-ula, yaitu kalo yang digunakan sebagai alat berita atau pengkabaran tentang adanya orang meninggal.

6.    kalo yang terbuat dari kain putih,
·        kalo lowani, yaitu kalo yang dipakai di kepala sebagai tanda berkabung
7.    kalo yang tebuat dari kain biasa
·        kalo usu-usu, yaitu kalo yang dipakai di kepala sebagai pengikat atau penutup kepala bagai oarang tua.
8.    kalo yang terbuat dari akar atau kulit kayu,
·        kalo pebo, yaitu kalo yang dipakai sebagai pengikat pinggang bagi orang dewasa.
·        kalo kalepasi, yaitu kalo terbuat dari akar bahar  yang digunakan sebagai perhiasn orang dewasa.
·        kalo parahi atau kalo mbotiso, yaitu kalo yang digunakan sebagai tanda atau patok pemilikan tanah hutan untuk selanjutnya diolah menjadi sebuah lading atau kintal.
9.    kalo yang terbuat dari daun pandan,
·        kalo kalunggalu, yaitu kalo yang dipakai sebagai pengikat kepala bagi gadis remaja.
10. kalo yang terbuat dari bamboo,
·        kalo kinalo, yaitu kalo yang digunakan sebagai penjaga kintal dan tanaman yang ada di dalamnya.
11. kalo yang terbuat dari kulit kerbau
·        kalo parado, yaitu kalo yang digunakan untuk menangkap kerbau liar.


Secara umum, kalo meliputi osara (adat-istiadat), khususnya sara owoseno tolaki atau sara mbu’uno tolaki, yaitu adat pokok yang merupakan sumber dari segala adat-istiadat  yang berlaku dalam segala aspek kehidupan suku tolaki.  sebagai adat pokok, kalo dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian yaitu:
-         sara wonua, yaitu adat pokok dalam pemerintahan
-         sara mbedulu, yaitu adat pokok dalam hubungan kekeluargaan dan persatuan pada umumnya
-         sara mbe’ombu, yakni adat pokok dalam aktifits agama atau kepercayaan
-         sara mandarahia, yaitu adat pokok dalam pekerjaan yang berhubungan dengan keahlian dan keterampilan
-         sara monda’u, mombopaho, mombakani, melambu, dumahu, meoti-oti, yaitu adat pokok dalam berladang, berkebun, berternak, berburu dan menagkap ikan.
-         sara mberapu, yaitu adat perkawinan yang mengatur dan menetapkan tatacara melamar, memilih jodoh atau segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan dalam berumah tangga.

Fungsi Kalo      
Adapun fungsi kalo dalam suku tolaki yaitu sebagai berikut :
v  kalo sebagai ide dalam kebudayaan dan sebagai kenyataan dalam kehidupan orang tolaki
Kalo pada tingkat nialai budaya adalah system nilai budaya yang berfungsi mewujudkan ide-ide yang mengkonsepsikan hal-halyang paling bernilai dalam kehidupan kasyarakat suku tolaki. ide-ide ini dinyatakan melalui penggunaan kalo dalam upacara-upacara yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dalam bidang social, ekonomi, politik, dan keagamaan. dalam hubungannya dengan norma-norma, kalo berfungsi mengaitkan peranan-perana tertentu dalam hal ini menyangkut fungsinya sebagai pedoman mengatur  tingkah laku dalam kehidpn social masyrakat suku tolaki.
Kalo dalam fungsinya sebagai pedoman sikap seseorang dalam masyarakat adalah menyangkut pemakaian kalo pada bagian tertentu dari tubuhnya mengandung arti atau masing-masing fungsi  misalnya seorang remaja yang memakai kalo pada pergelangan tangan dan kaki, menandakan bahwa ia harus berperan sebagai pemuda yang penuh dengan potensi untuk melakukan segala tugas yang berat demi masa depannya. kalo pada pinggang, menandakan bahwa ia harus berperan sebagai orang tua yang penuh dengan kematangan untuk melakukan pembinaan terhadap anak dan generasi penerusnya. kalo sebagai pengikt tiang rumah, menandakan bahwa pemilik rumah atau penghuninya akan merasa tentram dan bencana alam tidak akan menimpanya. kalo dalam rangkaian pelantikan, menandakan bahwa kepemimpinan raja itu akan berhasil dan kemungkinan akan panjang umur. kialo dalam  upacara tolak bala, menandakan bahwa ritual tersebut akan berhasil serta jauh dari berbagai bencana. jadi, pada intinya kalo sebagai hukum adat, berfungsi untuk mengatur berbagai macam sektor kehidupan orang tolaki.

v  Kalo sebagai fokus dan pengintegrasi unsure-unsur kebudayaan tolaki
Pembuktian kalo sebagai fokus dan pengintegrasi berbagai unsure kebudayaan tolaki yaitu dengan melalui makna simbolik kalo sebagai asas distribusi barang-barang ekonomi, dan hubungannya dengan system teknologi mengenai bentuknya sebagai model dari teknik mengikat serta bentuk peralatan, demikian juga hubungannya dengan organisasi social melalui makna simbolik sebagai asas organisasi tradisional, asas organisasi kerajaan, dan sebagai asa politik dan pemerintahan. selanjutnya, kalo juga memiliki hubungan dengan system pengetahuan melalui makna simboliknya sebagai konsepsi orang tolaki mengenai struktur alam nyata, system religi, struktur alam gaib, serta hubungannya dengan kesenian melalui bentuk kalo sebagai model dari bentuk rias dan menari.


v  Kalo sebagai pedoman hidup untuk terciptanya ketertiban sosialdan moral dalam kehidupan masyarakat suku tolaki

Untuk terciptanya ketertban social dan moral dalam kehidupan masyarakat suku tolaki, mereka menggunakan ajaran-ajaran kalo sebagai pedoman hidupnya. masyarakat tolaki menganggap bahwa timbulnya suasana-suasna yang tidak baik akibat dari perbuatan manusia yang telah melanggar ajaran kalo sebagai adat pokok  suku tolaki. untuk memulihkan keadaan itu, maka mereka perlu mengadakan sebuah upacara yang disebut mosehe wonua yang secara harfiah kata mosehe berarti “menyehatkan” dan kata wonua berarti negeri, penduduk, warga masyarakat”.  upacara besar ini diikuti oleh sebagian besar masyrakat tolaki. dalam upacara tersebut dipimpin oleh dukun upacara dengan menyatakan bahwa mereka telah bertobat dan bersumpah akan kembali kepada ajaran-ajaran kalo yang sesungguhnya.

v  kalo sebagai pemersatu untuk berbagai pertentangan konseptual dan sosial dalam kebudayaan dan kehidupan suku tolaki.

a.    pertentangan konseptual antara tubuh dan jiwa dipersatukan oleh kalo kale- kale, yaitu yang dipakai pada pergelangan tangan dan kaki bayi.
b.    kalo sambiala, yaitu kalo yang dipakai di dada seorang anak sebagai pertentangan konseptual antara kanan dan kiri, antara atas dan bawah, muka dan belakang, dan antara luar dan dalam’
c.    kalo eno-eno, yaitu kalo yang dipakai dalam upacara-upacara ritual di lapangan, sebagai pertentangan konseptual antara dunia nyata dan gaib, antara dunia atas dan bawah, antara timur dan barat, utara dan selatan.
d.    kalo ula-ula, yaitu pertentangan konseptual antara orang hidup dan orang mati, juga untuk pengkabaran tentang adanya orang meninggal.
e.    kalo lowani, yaitu kalo yang dipakai sebagai tanda berkabung
f.      kalo kinalo, yaitu yang digunakan sebagai penjaga ladang dan kebun.
g.    kalo selekeri atau kalo kalelawu, sebagai cincin hidung kerbau

Selain kalo berfungsi sebagai pemersatu pertentangan-pertentangan konseptual, juga berfungsi sebagai pemersatu untuk pertentangan social dalam kehidupan masyarakat tolaki. namun segala unsure pertentanan social yang terjadi dalam masyrakat tolaki dapat dipersatukan oleh kalo sara dengan masing-masing fungsi sebagai berikut:

-         kalo sara mbutobu, yaitu kalo sara yang digunakan untukmenghadap kepada putobu (raja), agar raja turun tangan memulihkan perselisihan di antara golongan bangsawan dan budak.
-         kalo sara mokole, yaitu kalo sara yang digunakan untuk menghadap mokole (raja), agar raja turun tangan memulihkan perselisihan di antara golongan pemerintah dan rakyat
-         kalo sara sokei, yaitu kalo untuk membentengi diri dari pihak keluarga lelaki yang melarikan gadis dari serangan pihak keluarga wanita
-         kalo sara mekindoroa, yaitu kalo untuk mendamaikan atau mempersatukan diantara kedua orang yang berselisih karena keduanya mengancam untuk saling membunuh.

Makna Simbolik Kalo
Sebagai simbol tertinggi bagi masyrakat suku tolaki, kalo bukanlah sekedar lambang adat biasa, tetapi lebih dari itu kalo mempunyai makna yang sangat mendalam bagi kehidupan umat manusia dalam dunia yang telah diciptakan allah untuk menjalin kehidupan dalam suasana persaudaraan dan merupakan salah satu bentuk ibadah kepada tuhan. disamping itu, kalo mengandung konsep perdamaian, persatuan, dan kesatuan bukanlah suatu konsep yang kurang memperhatikan perbedaan yang ada, karena kalo adalah lambang pemersatu yang harus disertai dengan ketulusan/kesucian hati untuk hidup bersahabat dalam keberbagaian. dalam konsep tersebut perbedaan bukanlah suatu halangan untuk hidup bersama jika setiap orang menyadari bahwa dalam persamaan maupun dalam kerbedaan semua manusia hidup dalam satu lingkaran persaudaraan yang terjalin dan tersimpul dengan kuat seperti kalo yang melingkar.

           Sebenarnya kalo adalah sebuah benda berupa lingkaran rotan pilihan berwarna kuning berpelin tiga dan kedua ujungnya disimpul. ia merupakan simbolisasi dari berbagai unsur meliputi keluarga inti dan adat dalam kehidupan rumah tangga itu sendiri sebagai media pengikat hubungan keluarga inti secara timbal-balik. keluarga inti yang dimaksud di sini terdiri atas: ayah, ibu dan anak. penggunaan kalo biasanya bersama dengan sehelai kain putih sebagai alas dan talam persegi empat yang terbuat dari anyaman daun palam hutan. kain putih merupakan simbol adat dalam kehidupan berumah tangga. sedangkan rumah tangga itu sendiri disimbolkan oleh wadah anyaman tempat meletakkan lingkaran rotan yang berpelin tiga tersebut. kalo juga adalah simbol dari unsur-unsur keluarga luas, adat dalam kehidupan komuniti keluarga luas dan pola komuniti itu sendiri yang saling berkait secara timbal balik.

Kalo adalah simbol bagi suku tolaki-mekongga dalam memandang kehidupan. kalo yang terbuat dari pilinan tiga rotan pilihan yang berwarna kuning itu mengandung beragam makna bagi suku tolaki-mekongga. adapun makna/pengertian dari kalo tersebut adalah sebagai berikut:
  1. bentuk kalo yang bulat melingkar melambangkan kesatuan rohani dan jasmani dari unsur manusia yang utuh.
  2. pilinan rotan yang terdiri dari tiga jalur jalinan dengan satu ikatan simpul di kedua ujung dari rotan tersebut melambangkan keharusan untuk bersatu antara tuhan dengan unsur penguasa dunia atau pemerintah dengan unsur orang banyak/rakyat.
  3. sehelai kain putih yang menjadi alas pertama dari kalo tersebut melambangkan kesucian, ketentraman, kesejahteraan dan kemakmuran.
  4. talam persegi empat yang terbuat dari anyaman daun palam hutan sebagai alas paling bawah dari kalo melambangkan unsur-unsur kesucian terhadap air dan tempat sumber mata angin yang memberi kehidupan dan kesegaran rohani serta jasmani kepada setiap manusia.
Kalo itu sendiri apabila diletakkan bersamaan dengan aksesorisnya dalam bagi suku tolaki-mekongga, kalo juga adalah simbol dari tiga komponen stratifikasi sosial. golongan bangsawan disimbolkan dengan lingkaran rotan, golongan orang kebanyakan disimbolkan dengan kain putih dan golongan budak disimbolkan dengan wadah anyaman. lingkaran rotan yang diletakkan pada posisi di atas dari kain putih dan wadah anyaman menunjukkan bahwa golongan bangsawan itu adalah pemerintah dan penguasa yang harus melindungi golongan orang kebanyakan dan golongan budak. kain putih yang diletakkan pada posisi di bawah dari lingkaran rotan dan di atas wadah menunjukkan bahwa golongan orang kebanyakan/pemangku adat itu adalah pendukung golongan bangsawan dan pembela dari golongan budak/rakyat jelata. sedangkan wadah anyaman yang diletakkan di bawah kain putih dan lingkaran rotan menunjukkan bahwa golongan budak atau rakyat jeata itu adalah pendukung golongan pemangku adat dan pemuja golongan bangsawan.